Untuk saran dan kritik kirimkan via email ilhamsyah050@gmail.com atau sms ke 08561836482

Mesin pencari

Minggu, 01 Maret 2009

Konsep Dasar Keluarga dan TBC



Konsep Dasar Keluarga


  1. Pengertian Keluarga

Ahmadi (2003) mengatakan keluarga merupakan unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat, sedangkan Friedman (2003) mengatakan keluarga adalah suatu kelompok terdiri dari dua individu atau lebih yang memiliki hubungan darah maupun tidak dan membentuk keluarga yang memiliki fungsinya masing-masing. Dari kedua pernyataan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keluarga adalah unit satuan masyarakat terkecil yang memiliki hubungan darah maupun tidak yang membentuk suatu kelompok sehingga tiap individu memiliki peran dan fungsinya masing-masing.

  1. Fungsi Keluarga

Ada 5 Fungsi dasar keluarga menurut Friedman (2003), antara lain :

1). Fungsi afektif

Fungsi afektif yaitu fungsi yang berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan dari keluarga.

2). Fungsi sosialisasi

Sosialisasi merupakan proses dimana individu secara kontinue mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara sosial.

3). Fungsi reproduksi

Fungsi reproduksi keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

4). Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan, pakaian, rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan.

5). Fungsi perawatan keluarga / pemeliharaan kesehatan

Tugas kesehatan keluarga adalah mengenal masalah kesehatan keluarga, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang sehat dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

  1. Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap-tahap perkembangan pada setiap tahap perkembangan menurut Duvall (1985) antara lain :

      1. Tahap I Pasangan baru atau eluarga baru

Tugas perkembangan keluarga meliputi : membangun perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, keluarga berencana.

      1. Tahap II Keluarga dengan ”child bearing” ( kelahiran anak pertama)

Tugas perkembangan sebagai berikut : membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap, rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga, memoertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambah peran-peran orang tua, kakek, dan nenek.

      1. Tahap III Keluarga dengan anak prasekolah (Families with preschool)

Tugas perkembangan sebagai berikut : memenuhi kebutuhan anggota keluarga (seperti: rumah, ruang bermain, privasi dan keamanan), mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang beru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga.

      1. Tahap IV Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (Famillies With School Children)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Tugas perkembangan keluarga : mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan daya intelektual, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebuuthan kesehatan fisik anggota keluarga.

      1. Tahap V Keluarga dengan Anak Remaja (fammilies with Teenagers)

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19/20. Tugas perkembangan keluarga: menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remja menjadi dewasa dan semakin mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.

      1. Tahap VI Keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center famillies)

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Tugas perkembangan keluarga : memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru yangdidapatkan melalui perkawinan anak-anak, Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami ataupun istri.

      1. Tahap VII. Keluarga usia pertengan (Middle Age Fammilies)

Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Tugas perkembangan keluarga : menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak, mempekokoh hubungan perkawinan.

      1. Tahap VIII Keluarga lanjut usia

Tahap tperkembangan keluarga ini dimulai pada salah satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan sampai keduanya meninggal. Tugas perkembangan keluarga : mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami ekstensi mereka.

Pada penulisan karya tulis ini penulis akan lebih banyak membahas tentang perkembangan keluarga dengan anak dewasa.

  1. Peran Perawat Keluarga

Menurut Friedman (2003) dalam Mubarok (2006), peran perawat dalam perawatan keluarga adalah sebagai pendidik, koordinator, pelaksana keperawatan, pengawas kesehatan, advokat keluarga, konsultan, kolaborator, fasilitator, penemu kasus dan modifikasi lingkungan.

  1. Tugas Keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut (Friedman 2003) dalam Mubarak (2006) antara lain : mengenal masalah kesehatan keluarga, membuat keputusan tindakan keperawatan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang sehat, menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat.

2. Konsep Dasar TBC

      1. Pengertian Tuberculosis Paru

Menurut Sander (2003) Tuberkulosa paru adalah bentuk infeksi Mycobacterium tuberculosis pada manusia yang paling sering terjadi. Robbins (1999) mengatakan tuberkulosis merupakan penyakit kronik, menular yang disebabkan oleh M.tuberculosis, yang ditandai oleh jaringan granulasi nekrotrik (perkijuan) sebagai respons terhadap kuman tersebut, sedangkan menurut Soeparman (1990) mengatakan tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Berdasarkan ketiga pernyataan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa Tuberculosis paru merupakan peradangan yang terjadi pada paruyang disebabkan oleh bacteri yang bersifat kronik.

      1. Patofisiologi, Etiologi, Manifestai Klinis, Komplikasi Tuberculosis Paru

Pada awalnya individu menghirup hasil tuberculosis (Mycobacterium tuberculosis), sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 2/Um dan tebal 0,3 – 0,6/Um dan akhirnya terifeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan dan aliran darah kebagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area paru-paru lainya. Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamas. Fagosit, menelan banyak bacteri; limfosit spesifik tuberculosis melisis jaringan normal dan basil. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronchopneumonia. Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon inadekuat dari respon sistem imun.

Penyakit aktif dapat juga teradi dengan infeksi ulang dan aktifasi bacteri dorman. Dalam kasus ini Tuberkel Ghon memecah melepaskan bahan seperti keju kedalam bronhci. Bacteri kemudian tersebar keudara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel memecah menyembuh, parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya bronchopneumonia lebih lanjut. Sebagian besar penyakit tuberculosis paru menunjukan demam, keletihan anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetap. Bila tidak ditangani tuberculosis menyebabkan hemoptoe, pleuritis, gagal jantung kanan, laringitis, penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, usus dan sebagainya.

      1. Penatalaksanaan Tuberculosis Paru

        1. Pencegahan Tuberculosis Paru

Pencegahan untuk pasien TBC antara lain : Minum obat secara teratur sampai selesai, Menutup mulut waktu bersin atau batuk, tidak meludah di sembarang tempat ( meludah di tempat yang terkena sinar matahari/ dalam wadah tertutup yang telah diisi dengan cairan sabun /lisol), jemur kasur bekas penderita secara teratur 1 minggu 1x, Buka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, keluarga yang mempunyai gejala TB paru sebaiknya memeriksakan diri ke puskesmas

        1. Pengobatan tuberculosis paru

Apabila pasien tidak berespon terhadap obat – obat tersebut, maka obat dan protokol pengobatan lain akan dicoba.

Obat Anti TBC (OAT)

Kategori pertama : jenis OAT 2HRZE/ 4H3R3. jenis obat ini dipakai untuk penderita baru BTA (+) dan penderita (-), rongent (+, dan yang sakit berat). Kategori kedua : jenis OAT HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3. jenis obat ini dipakai untuk penderita kambuh BTA (+), penderita gagal BTA (+), lain lain BTA (+). Kategori ketiga : jenis OAT 2HRZ / 4H3R. jenis obat ini dipakai untuk Penderita BTA (-) Rontgen (+), Penderita ekstra paru ringan.

      1. Pemeriksaan Diagnostik

Brunner dan Suddart (2001) mengatakan bahwa pemeriksaan diagnostik untuk penderita TBC melalui : rongent dada, usap basil tahan asam BTA, kultur sputum dan te kulit tuberculin.

  1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan TBC

  1. Pengertian Asuhan Keperawatan Keluarga

Menurut Mubarak (2006) asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga.

  1. Pengkajian Keluarga dengan TBC

Pengkajian yang harus dilakukan pada klien dengan TBC antara lain : riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisikyang lengkap dilakukan. Manifestasi klinis seperti demam, anoreksia, penurunan berat badan, keringat malam, keletihan, batuk dan pembentukan sputum mengharuskan pengkajian fungsi pernafasan yang lebih menyeluruh. Setiap perubahan suhu tubuh atau frekuensi pernafasan, jumlah dan warna sekresi, frekuensi dan batuk parah, dan nyeri dada dikaji. Paru-paru dikaji terhadap konsolidasi dengan mengevaluasi bunyi nafas, fremitus, egofoni, dan hasil pemeriksaan perkusi. Pasien juga bisa mengalami pembesaran nodus limfe, yang terasa sangat nyeri.kesiapan emosional pasien untuk belajar, juga persepsi dan pengertiannya tentang tuberculosis dan pengobatannya juga dikaji.



  1. Diagnosa Keperawatan Keluarga dengan TBC

Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan dapat mencakup :

      1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan TBC.

      2. Ketidakmampuan regimen pengobatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan TBC.

      3. Malnutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami nutrisi kurang.

  1. Prinsip Intervensi Keperawatan Keluarga dengan TBC

Langkah-langkah dalam pengembangan rencana keperawatan keluarga menurut Mubarak (2006), yaitu :

    1. Bantu keluarga mengenal tentang TBC dengan cara : jelaskan pengertian TBC, jelaskan penyebab TBC, jelaskan tanda dan gejala TBC.

    2. Bantu keluarga mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan TBC, dengan cara : jelaskan komplikasi dari TBC, motivasi keluarga dalam mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan TBC.

    3. Bantu keluarga agar mampu merawat anggota keluarga dengan TBC, dengan cara : jelaskan cara mencegah TBC, jelaskan cara perawatan anggota keluarga di rumah dengan TBC, ajarkan cara membuang sputum dengan sputum pot, ajarkan klien tentang diet tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP).

    4. Bantu keluarga memodifikasi lingkungan dengan cara : ajarkan klien untuk jemur kasur bekas penderita secara teratur 1 minggu 1x, Buka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, ajarkan klien tentang perilaku hidup bersih dan sehat.

    5. Bantu klien untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara : jelaskan manfaat dari pelayanan kesehatan, motivasi keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan terdekat.

  1. Evaluasi Keperawatan Keluarga dengan TBC

Evaluasi yang diharapkan dari tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu: keluarga dapat mengenal tentang TBC (mampu menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala), keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan TBC ( klien mampu menjelaskan komplikasi dari TBC, keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan TBC), keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan TBC (klien membuang sputum dalam sputum pot yang diberi desinfektan, klien minum obat secara teratur), keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang sehat (keluarga menjelaskan lingkungan yang sehat, keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang sehat), keluarga mampu melaksanakan pelayanan kesehatan terdekat.







Baca selanjutnya......

GIZI KURANG



  1. Pengertian

Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan.

Defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapatkan makanan cukup bergizi dalam waktu lama.

(Ngastiyah.1998:181)

  1. Etiologi

            1. Jumlah makanan yang di makan kurang.

Asupan makanan yang kurang diantara lain disebabkan oleh :

  • Tidak tersedianya makanan secara adekuat

  • Anak tidak cukup mendapat gizi seimbang

  • Pola makan yang salah

            1. Penyakit.

Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di negara negara terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana kesadaran akan kebersihan / personal hygine yang masih kurang, serta ancaman endemisitas penyakit tertentu.


  1. Patofisiologi

Gizi kurang biasanya terjadi pada anak balita dibawah usia 5 tahun. Gizi kurang umumnya terjadi pada balita dengan keadaan lahir BBLR (bayi berat lahir rendah) atau dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Tidak tercukupinya makanan dengan gizi seimbang serta kondisi kesehatan yang kurang baik dengan kebersihan yang buruk mengakibatkan balita atau anak-anak menderita gizi kurang yang dapat bertambah menjadi gizi buruk atau kurang energi kalori. Pada akhirnya anak tersebut akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.



  1. Manifestasi Klinis

Kekurangan gizi ini secara umum mengakibatkan gangguan diantaranya :

  • Pertumbuhan
    Pertumbuhan anak menjadi terganggu karena protein yang ada digunakan sebagai zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lunak dan rambut menjadi rontok

  • Produksi tenaga

Kekurangan energi yang berasal dari makanan mengakibatkan anak kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktivitas. Anak menjadi malas, dan merasa lemas

  • Pertahanan tubuh

Sistem imunitas dan antibodi menurun sehingga anak mudah terserang infeksi seperti batuk, pilek dan diare

  • Struktur dan fungsi otak

Kurang gizi pada anak adapt berpengaruh terhadap perkembangan mental. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen seperti perkembangan IQ dan motorik yang terhambat

  • Perilaku
    Anak yang mengalami gizi kurang menunjukkan perilaku yang tidak tenang, cengeng dan apatis.

  • Perubahan rambut dan kulit

Rambut kepala mudah dicabut dan tampak kusam, kering, halur, jarang dan berubah warna. Sedangkan pada kulit terapat garis-garis kulit yang lebih dalam dan lebar, hiperpigmentasi serta bersisik.

  • Pembesaran hati

  • Anemia

  • Kelainan kimia darah

Kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal atau sedikit meninggi, dan kadar kolesterol serum rendah.


  1. Komplikasi

Malnutrisi Energi Protein (MEP) berat yang dikenal dengan :

  • Kwashiorkor

  • Marasmus

  • Marasmik-kwashiorkor



  1. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan keperawatan klien dengan gizi kurang :

  • Pemberian makanan yang mengandung protein, tinggi kalori, cairan, vitamin dan mineral.

  • Penanganan segera penyakit penyerta (misalnya diare)

  • Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak pada orang tua dan anggota keluarga

  • Sebaiknya tidak memberikan makanan kecil seperti permen, cokelat dan susu menjelang waktu makan

  • Pada permulaan, makanan jangan diberikan sekaligus banyak, tetapi dinaikkan bertahap setiap hari (makan dalam porsi kecil tetapi sering)

  • Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang beraneka ragam untuk meningkatkan selera makan

  • Anjurkan keluarga untuk membawa anak ke Posyandu atau fasilitas kesehatan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.

DAFTAR PUSTAKA


Ngastiyah. 1998. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC






Baca selanjutnya......