Untuk saran dan kritik kirimkan via email ilhamsyah050@gmail.com atau sms ke 08561836482

Mesin pencari

Kamis, 10 Juli 2008

KONDAS CIDERA KEPALA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cidera kepala meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat cedera kepala dan lebih dari 700.000 mengalami cedera berat yang memerlukan perawatan di rumah sakit. Pada kelompok ini, antara 50.000 dan 90.000 orang setiap tahun mengalami penurunan intelektual atau tingkah laku yang menghambat kembalinya seseorang yang mengalami cedera kepala menuju kehidupan normal. Dua pertiga dari kasus ini berusia di bawah 30 tahun, dengan jumlah laki 4 lebih banyak dari pada wanita. Kadar alcohol dalam darah, terdeteksi bahwa lebih dari 50 % pasien cedera kepala yang diterapi di ruang darurat. Lebih dari setengah dari semua pasien cedera kepala berat mempunyai signifikasi terhadap cedera bagian tubuh lainnya, syok hivopolemia pada pasien cedera kepala biasanya karena cedera bagian tubuh lainnya.

Resiko utama pasien yang mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan invakranial (TIK) maka diperlukan penanganan yang tepat pada seseorang yang mengalami cedera kepala. Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemenuhan fisik umum serta neurologist harus dilakukan secara serental. Pendekatan yang sistematis dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsure vital. Tingkat cedera kepala menjadi ringan segera ditentukan saat pasien tiba dirumah sakit.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis memilih judul “ Asuhan Keperawatan pada Tn. A yang mengalami cedera kepala sedang di IRNA kiri lantai 1 Rumah Sakit Ciptamangunkusumo “.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diharapkan penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan cedera kepala sedang

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada bayi yang mengalami cedera kepala sedang

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada kasus cedera kepala sedang

c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada kasus cedera kepala

d. Mampu melaksanakan / implementasi sesuai dengan rencana keperawatan pada kasus klien yang mengalami cedera kepala sedang

e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada kasus cedera kepala sedang

C. Metodologi

Pembuatan laporan ini memanfaatkan data dari :

1. Studi kepustakaan digunakan untuk mendapatkan dasar teori dari buku-buku

2. Observasi langsung, yaitu dengan pengamatan langsung terhadap klien dengan kepala sedang

3. Observasi tidak langsung dengan melihat dari status bayi

D. Sistematika Pengkajian

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami laporan ini, maka penulis membagi menjadi 5 bagian yaitu :

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, tujuan umum, tujuan khusus, metodologi serta sistematika penyajian

Bab II : Tinjauan teoritis terdiri dari pengertian, manesfestasi klinik, etiologi patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi serta prinsip asuhan keperawatan yang terkait dengan kasus tersebut

Bab III : Tinjauan kasus pada klien yang mengalami cedera kepala sedang

Bab IV : Pembahasan

Bab V : Penutup


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teoritis Cidera Kepala

1. Pengertian

a) Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai pendarahan interstisial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. (Elizabeth J. Corwin)

b) Cidera kepala adalah kerusakan otak akibat pendarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cidera dan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. (Brunner dan Suddarth)

c) Cidera kepaka adalah cidera yang terjadi pada kulit kepala, tulang tengkorak dan otak dengan pembukuh darah dan juga selaput otaknya. (Purnawan Junadi)

2. Etiologi

Adapun penyebab dari cidera kepala karena :

a) Kecelakaan lalu lintas

b) Kecelakaan olah raga

c) Penganiayaan

d) Tertembak

e) Jatuh

3. Klasifikasi cidera kepala

a. Berdasarkan berat ringannya

1) Cidera kepala ringan

Jika GCS antara 13 – 15, dapat terjadi kehilangan kedaran < 30 menit, tetapi ada juga yang berpendapat kurang dari 2 jam. Tidak penyerta seperti fraktur tengkorak, hematom (sekitar 15 %)

2) Cidera kepala sedang

Jika GCS antara 9 – 12, hilang kesadaran atau amnesia antara 30 menit- 24 jam, ada juga pendapat lain 2 – 5 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak disorientasi ringan (bingung)

3) Cidera kepala berat

Jika GCS antara 3 – 8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, juga meliputi contusio crebri, laserasi atau adanya hematom atau edema Cerebral.

b. Masalah-masalah yang terjadi pada cidera kepala

1) Fraktur tengkorak

Susunan tulang tengkorak dan lapisan kulit kepala membantu menghilangkan benturan kepala sehingga sedikit kekuatan yang ditransmisikan kedalam jaringan otak.

Ada 2 (dua) bentuk fraktur, yaitu :

· Fraktur linier yang umumnya terjadi yang disebabkan oleh tekanan /benturan yang berlebihi terhadap luas area.

· Faktor tengkorak Basiler yakni terbatas pada tulang dasar tengkorak seperti bagian frontal atau temporal.

2) Comosio Cerebri /gegar otak

Geger otak merupakan syndrom yang melibatkan bentuk cidera otak ringan yang menyebar, gangguan neurologis sementara dan dapat pulih tanpa ada kehilangan kesadaran, pasien mungkin mengakami Disorientasi ringan seperti pusing, gangguan memory sementara, kurang konsentrasi, mungkin juga mengakami Amnesia Retrogen dan pasien sembuh cepat, tatapi ada satu bahaya yang timbul yaitu kemungkinan dapat terjadi gejala-gejala yang berlanjut post geger otak.

3) Contusio Cerebri

Menggambarkan area otak yang mengalami memar. Memar umumnya pada permukaan yang disertai dengan Haemoragik kecil-kecil pada substansi otak. Gejala bervariasi, tergantung letak dan lokasi serta derajatnya. Dapat menimbulkan Edema cerebral 2-3 hari post partum. Akibatnya dapat menimbulkan peningkatan TIK.

4) Hematom Epidural

Perdarahan yang terjadi pada ruang epidural yaitu antara tulang tengkorak dan lapisan Durameter. Ini terjadi karena adanya robekan arteri Meningeal media atau cabang-cabangnya. Biasanya keadaan ini terjadi pada trauma di daerah Temporal.

5) Hematom Subdural

Perdarahan yang terjadi pada ruang subdural antara lapisan durameter dan lapisan Arachnoid. Terjadi sebagai akibat robekan Vena yang ditemukan pada ruang ini yaitu kerusakan vena-vena dari permukaan otak yang berjalan menuju sinus di dalam Durameter.

6) Hematom Subarachnoid

Perdarahan pada ruang Arachnoid yakni antara lapisan Arachnoid dengan piameter seringkali karena adanya robekan vena yang ada di daerah tersebut. Adanya darah didalam liquor akan merangsang menigen sehingga terjadi kaku kuduk.

7) Perdaraha Intracerebral

Penumpukan darah kurang lebih dari 25 ml pada parenkhim otak. Penyebabnya seringkali karena adanya infeksi fraktur.

4. Patofisiologi

Pada Kontusio Crebri yang berat akan terajadi penimbunan asam laktat dan penambahan asam laktat, hak ini terjadi karena metabolisme anaerobic dari glukosa akibat hipoksia atau kerusakan akibat trauma. Bila otak hipoksia, metabolisme glukosa an aerob akan terjadi dan proses ini menyebabkan dilatasi pembuluh darah, hal ini terjadi agar kebutuhan oksigen otak terpenuhi.

Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, bila terjadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar maka akan mengakibatkan gangguan fungsi. Sedangkan bahan bakar utama otak adalah glukosa. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh. Bila kadar glukosa dengan plasma turun sampai dengan 70% akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral, sedangkan bila kadar glukosa kurang dari 20% maka akan timbul koma.

Dalam keadaan normal, cerebral bloodflow yaitu 60-70 ml /menit /100 gram jaringan otak, yang berarti 20% dari Co. Pembuluh darah arteriol akan berkontraksi bila tekanan menurun, sedangkan pengaruh saraf simpatis dan para simpatis pada pembuluh darah arteri tidak begitu besar, sedangkan konsentrasi oksigen dan karbondioksida alam darah arteri sangat mempengaruhi aliran darah. Bila PO2 rendah maka aliran bertambah secara nyata karena terjadi vasolidilatasi, sebaliknya bila terjadi penurunan PC02 akan terjadi alkalosis yang menyebabkan konstriksi arteri kecil dan penurunan CSF. Penambahan jumalh darah dalam intrakranial yang kemudian menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial (ICP).

Edema otak disebabkan karena adanya penumpukan cairan yang berlebihan pada jaringan otak pada klien dengan trauma-trauma akibat contusio cerebri, pembuluh kapiler sobek, cairan traumatik mengandung protein eksudat yang berisi albumin dan cairan interstisial. Otak pada kondisi normal tidak mengalami edema otak sehingga bila terjadi penekan terhadap pembuluh darah dan jaringan sekitarnya akan menimbulakan kematian jaringan otak. Edema jaringan oatak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial yang dapat menyebakan peningkatan tekanan intrakranial yang dapat menyebabkan herniasi dan penekanan pada batang otak.

MEKANISME CIDERA








Tekanan Intrakranial





Berat ringannya masalah yang timbul akibat trauma tergantung pada beberapa faktor yaitu : lokasi benturan, adanya penyerta seperti fraktur, haemoragik, kekuatan benturan dan efek dari akselerasi (benda bergerak membentur kepala yang diam) dan decelerasi (kepala bergerak membentur benda yang diam) lalu tidak kalah pentingnya adalah ada tidaknya rotasi pada saat benturan.

5. Tanda dan gejala

a. Cidera kepala ringan-sedang

1. Disorientasi ringan

2. Amnesia post trauma

3. Hilang memori sesaat

4. Sakit kepala

5. Mual dan muntah

6. Vertigo dalam perubahan posisi

7. Gangguan pendengaran

b. Cidera kepala sedang-berat

1. Tidak sadar dalam waktu lama.

2. Fleksi dan ekstensi abnormal

3. Edema otak

4. Tanda-tanda herniasi

5. Hemiparise

6. Gangguan saraf kranial

7. Kejang

6. Komplikasi

a. Edema pulmonal

b. Kejang

c. Infeksi

d. Kebocoran cairan otak

e. Hipertermia

f. Masalah mobilisasi

g. Hipovolemia

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Foto rontgen kepala /lateral kanan dan kiri untuk mengetahui adanya fraktur tulang tengkorak.

b. Foto rontgen cervikal untuk mengeatahui adanya fraktur pada tulang leher.

c. CT scan otak untuk mengetahui adanya perdarahan pada otak.

d. EEG untuk merekam aktifitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh.

8. Penatalaksanaan

a. Pada semua pasien dengan cedera kepala / leher, lakukan foto tulang belakang servikal kolar servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh tulang servikal C1 – C7 normal

b. Pada semua pasien dengan cedar kepala sedang berat, lakukan prosedur berikut : Pasang infuse dengan larutan normal salin (Nacl 0,9 %) / Larutan Ringer RL dan larutan ini tidak menambah edema cerebri

c. Lakukan C1 Scan, pasien dengan cedera kepala ringan, sedang dan berat harus di evaluasi adanya :

- Hematoma epidural

- Darah dalam subaraknoid dan infra ventrikel

- Kontusio dan perdarahan jaringan otak

- Edema cerebri

- Obliteri sisterna perimesensefalik

d. Pada pasien yang koma (skor GC5 <>

- Elevasi kepala 30 o

- Hiperventilasi : Intubasi dan berikan ventilasi mandotorik intermitten dengan kecepatan 16 – 20 kali/menit dengan volume tidal 10 – 12 ml/kg

- Berikan manitol 20 % 19/kg intravena dalam 20-30 menit. Posis ulang dapat diberikan 4-6 jam kemudian yaitu sebesar ¼ dosis semula setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam pertama

- Pasang kateter foley

- Konsul bedah syaraf bila terdapat indikasi operasi (hemakma epidural yang besar, cedera kepala terbuka)

B. Asuhan Keperawatan dengan cidera kepala

1. Pengkajian

a. Aktifitas atau istirahat

· Adanya kelemahan /kelelahan, kaku, hilang keseimbangan.

· Kesadaran menurun, letargi /kelesuan, hemiprase, hilang keseimbangan adanya trauma tulang, kelemahan otot /spasma.

b. Peredaran Darah /Sirkulasi

· Tekanan darah normal /berubah (Hypertensi), denyut nadi : (Bradikardi, tachukardi, dystitmia).

c. Eliminasi

· Verbal tidak dapat menahan BAK dan BAB

· Blader dan bowel Incontinentia.

d. Makanan atau cairan

· Mual atau muntah.

· Muntah yang memancar /proyektil, masalah kesukaran menelan (batuk, air liur yang berlebihan, disfagia).

e. Persyaratan /Neurosensori

· * Pusing, kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, singkope, tinnitus, kehilangan pendengaran /bunyi berdenging di telinga, tingling, baal pada ekstermitas.

* Perubahan pada penglihatan seperti : ketajamamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang, potofobia.

* Gangguan pengecapan dan juga penciuman.

* Kesadaran menurun bisa sampai coma, perubahan status mental (perubahan otientasi, respon, konsentrasi, perhatian, memori, tingkah laku emosional, pemecahan masalah, perubahan penglihatan : Pupil (respon terhadap cahaya simetris), kehilangan sensitifitas (bau, rasa, dengar), wajah tidak simetris, tidak ada reflek tendon, hemiparase, adanya perdarahan mata, hidung, telinga dan kejang.

f. Kenyamanan /Nyeri

· Nyeri kepala yang bervariasi tekanan dan lokasi nyerinya, agak lama.

· Wajah mengerut, respon menarik diri pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak adabisa istirahat, merintih.

g. Pernapasan

· Perubahan pola nafas (periode apnoe dengan perubahan hyperventialasi), stridor, romchi.

h. Pengkajian

Keamanan :

· Ada riwayat kecelakaan.

· Terdapat trauma /fraktur /distorsi, perubahan penglihatan, kulit (kepala /wajah mengalami luka, dorasi, perubahan warna) keluar darah /adanya aliran darah cairan (drainase) dari telinga /hidung.

· Ketidaktahuan tentang keadaannya, kelemahan otot-otot, paradise, demam gangguan perubahan temperatur suhu tubuh.

i. Konsep diri

· Adanya perubahan tingkah laku (tenang /dramatis).

· Kecemasan, berdebar, bingung, dellirium.

j. Interaksi sosial

· Afasia motorik /sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan adanya perdarahan, hematoama, edema cerebral perubahan metabolik, tekanan darah turun /hipoksia (hipovolemia, dysritmia jantung).

Tanda dan gejala

- Perubahan

b.

3.

1 komentar: