Untuk saran dan kritik kirimkan via email ilhamsyah050@gmail.com atau sms ke 08561836482

Mesin pencari

Kamis, 10 Juli 2008

KONDAS POST PARTUM

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Post Partum

1. Pengertian

Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan aspek–aspek pemeliharaan, rehabilitatif, dan preventif perawatan kesehatan, (Doenges, 2000 : 6).

a. Periode post partum adalah waktu kembali pada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga baru (Marylin Doengoes, edisi 1995).

b. Masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira enam minggu (Arif Mansyur, 1999).

c. Masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil lama nifas ini yaitu 6 sampai 8 minggu (Rustam Muchtar, 1998).

d. Dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, berlangsung selama 6 minggu. (Abdul Bari Saefudin, 2002)

Periode post partum di bagi 3 :

a. Immediately post partum : 24 jam pertama

b. Early post partum : minggu pertama

c. Late post partum : minggu kedua sampai dengan keenam.

Tujuan perawatan post partum (straight, 2001)

a. Meningkatkan involusi uterus normal dan mengemabalikan pada keadaan sebelum hamil.

b. Mencegah atau meminimalkan komplipkasi post partum.

c. Meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan pelvis perianal dan jaringan perianal.

d. Membantu perbaikan fungsi tubuh yang normal.

e. Meningkatkan pemahaman perubahan fisiologi dan psikologi.

f. Memfasilitasi perawatan bayi kedalam unit keluarga.

g. Mensupport keterampilan orang tua dan attachment ibu dan bayi.

h. Memberikan perencanaan pulang yang efektif.

Faktor yang mempengaruhi pengalaman post partum

a. Persalinan normal dan bayi yang dilahirkan.

b. Persiapan persalinan dan menjadi orangtua.

c. Masa transisi menjadi orang tua.

d. Peran keluarga yang di harapkan.

e. Pengalaman keluarga pada kelahiran anak.

f. Sensitifitas dan efektifitas perawat dan tenaga profesional lainnya.

g. Faktor resiko untuk terjadinya kompliaksi post partum :

1) Pre eklamasi atau eklamasi

2) Diabetes

3) Masalah Jantung

4) Overdistensi Uterus (akibat bayi kembar atau hydramnion)

5) Abruptio placenta atau placenta previa

6) Persalinan lama dan sulit.

Tanda dan gejala yang menjadi perhatian untuk dilaporkan :

a. Peningkatan perdarahan : bekuan darah atau keluarnya jaringan

b. Keluarga darah merah segar terus-menerus setelah persalinan.

c. Nyeri yang hebat.

d. Peningkatan suhu

e. Perasaan kandung kemih yang penuh dan ketidakmampuan mengosongkan

f. Perluasan hematoma.

g. Muka pucat, dingin, kulit lembab, peningkatan HR, chest pain, batuk, perasaan ketakutan pucat, dingin.

2. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Wanita Setelah Melahirkan­­

a. Sistem reproduksi dan struktur terkait

1) Uterus

Ø Proses Involusi

Yaitu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini di mulai setelah placenta lahir pada proses ini terjadi proses autolisis yaitu proses perusakan secara langsung terhadap jaringan hipertropi (pembesaran sel yang ada) selama hamil.

Menurut Rustam Muchtar 1998 proses involusi sebagai berikut :

Ø Setelah lahir : 2 jam dibawah pusat

Ø 1 Minggu : Pertengahan pusat simfisis

Ø 2 Minggu : Tidak teraba disimfisis

Ø 6 Minggu : 50 gram

Ø 8 Minggu : 30 gram

Menurut Irene M Bobak (1995) yaitu : Dalam waktu 12 jam tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilikus, tinggi fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam pertama pada hari ke-6 fundus berada pada pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis, 9 hari post partum, fundus tidak terasa pada abdomen. Sub involusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil penyebab tersering, tertahannya fragmen placenta dan infeksi.

Ø Kontraksi

Hormon okatosin yang di lepas dari kelenjar hipofisis posterior, memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah dan membantu homoistatis. Homoistatis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah intra miometrium, intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir. Selama masa ini kontraksi Uterus penting untuk dipertahankan.

Ø Afterpain

Yaitu rasa nyeri pada masa awal purperium terutama daerah uterus. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang tertahan sepanjang masa awal puerperium pada primipara tonus uterus meningkat sehingga fundus uterus tetap kencang. Afterpains itu dipengaruhi oleh parritas bayi yang dilahirkan lama kala II serta hormon oksitosin

Ø Tempat placenta

Pertumbuhan endometrium baru dibawah permulaan cuka atau pertumbuhan endometrium ke atas menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik dengan mencegah pembentukan jaringan perut yang menjadi karakteristik penyembuhan luka. Proses involusi daerah implantasi placenta 2-3 hari pelepasan jaringan nekrotik, 7 hari post partum ke bentuk lapisan basal, 15 hari post partum regenerasi endometrium kecuali pada bekas placenta. 6 minggu post partum perkembangan sel-sel epitel endometrium.

Ø Lochea

Yaitu Rabas (cairan) uterus yang keluar setelahg bayi lahir jenis dan karakteristik lokia yaitu : lokea rubra : mengandung darah segar debris dosi dua dan debris prokoblastik, sekitar 3-4 hari. Lokasi serosa yang mengandung darah agak kecoklatan,mengandung serum, leukosit dan debris jaringan 10 hari setelah bayi lahir warna coklat menjadi kuning di sebut lokea alba, mengandung leukosit, desi dua epitel, mucus, serum dan bakteri. Lokea alba bisa bertahan selama 6-8 minggu setelah bayi lahir. Selama 2 jam pertama setelah lahir jumlah cairan yang keluar dari uterus baik boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi dan aliran lochea yang keluar harus semakin berkurang.

Metode untuk memperkirakan kehilangan darah pasca partum secara subjektif menurut Jacobson (1985) dengan mengkaji jumlah cairan yang memadai tampon perineum 1 gram peningkatan berat pembalut sama dengan kira-kira 1 ml kehilangan darah dan menurut persis Mary Hamilton mengkaji jumlah darah yang terdapat dalam pembalut yaitu pembalut yang basah seluruhnya (benklot tau) mengandung sekitar 100 ml darah dan kehilangan 100 ml darah dalam 15 menit dipertimbangkan sebagai aliran yang hebat.

2) Serviks

Setelah melahirkan serviks menjadi lunak, edematosa,tipis dan rapuh, sedikit laserase. Menurut Arif Mansyur

3) Vagina dan perineum

Vagina yang semula sangat tegang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil (6-8 minggu setelah bayi lahir) rugae akan mulai terlihat sekitar minggu ke-4. pada umumnya rugae akan memipih secara permanen. Proses penyembuhan luka episiotomi sama dengan operasi lain. Dalam pemeriksaan perlu penerangan yang sangat baik agar episiotomi terlihat jelas. Pemeriksaan dilakukan dengan cara miring ke arah episiotomi terlihat jelas. Pemeriksaan dilakukan dengan cara miring ke arah episiotomi dengan bokong diangkat atau dengan posisi litotomi. Kebanyakan episiotomi sembuh sebelum minggu ke-6 (Persis M. Hamilton, 1989).

4) Topangan otot panggul

Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu melahirkan dan masalah ginegologis dapat timbul dikemudian harijaringan dasar panggul yang robek atau saat itu melahirkan memerlukan waktu sampai 6 bulan untuk kembali ke tonus semula.

b. Sitem Endoktrin

1) Hormon placenta

Pada periode post partum terjadi perubahan produksi hormon, kadarestrogen dan progesteron menurun secara mencolok, terendah 1 minggu pasca partum, penurunan human placenta lactogen, kortisol serta placenta enzim insulin yang dapat menurunkan kadar gula dalam darah sehingga dengan adanya perubahannya ini membuat masa purperium menjadi 1 periode transisi terutama bagi ibu dengan penyakit diabetik.

2) Hormon Hipofisis dan fungsi hormon

Kelenjar pitultary (hifofisis) secara fisiologi dibagi menjadi 2 bagian hipofisis anterior (adhonotifosis) dan hipofisis posterior (Neoro hipofisis). Hipofisis anterior mensekresi hormon : hormon pertumbuhan yang mempengaruhi banyak sistem metabolisme.

Adenokortikosteroid mengatur sekresi beberapa hormon korteks adrenal yang selanjutnya mempengaruhi metabolisme glukosa,protein dan lemak.Hormon perangsang tiroid menngatur kecepatan sekresi tiroksin oleh kelenjar tiroid. Hormon perangsang tiroid mengatur kecepatan skresi tiroksin oleh kelenjar tiroid. Hormon prolaktin meningkatkan kelenjar mamae dan pembentukan susu. Pada wanita menyusui kadar prolaktin serum tinggi, kadar ini di pengaruhi oleh : kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui. Kekuatan menghisap banyaknya makanan tambahan yang diberikan pada ibu, hormon perangsang folikal : dapat mempengaruhi ovulasi, Hormon lufeinisasi : mengatur pertumbuhan gonad serta aktifitas reproduksi.

Hipofisis posterior mensekresi hormon yang sangat penting, yaitu : Hormon diaretik : mengatur kecepatan ekresi air di dalam urine serta mengatur konsentrasi air dalam tubuh.

Oksitasin : mengkonsentrasi alveolus payudara sehingga membantu mengalirkan susu dari kelenjar mamae ke puting susu selama penghisapan serta kontraksi uterus.

c. Abdomen

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama sehingga apabila pada hari pertama wanita tersebut nampak seperti masih hamil. Dalam 2 minggu dinding abdomen akan rileks dan setelah 6 minggu akan pulih seperti sebelum hamil. Diastosis abdomalis adalah suatu keadaan dimana otot-otot dinding abdomen memisah. Tempat yang lemah ini akan terlihat menonjol pada saat mengedan. Seiring perjalanan waktu defet tersebut menjadi kurang terlihat.

d. Sistem Urinaria

Perubahan normal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut meningkatkan fungsi ginjal sehingga terjadi penurunan fungsi ginjal pada masa post partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan. Oedema trigonium dapat menimbulkan obstruksi dan uretha sehingga terjadi refensi urinea dan kandung kemih pada masa post partum menjadi kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, hal ini dapat menimbulkan urin residual.

Dilatasi urethal normal dalam waktu 2 minggu. Pemecahan kelebihan protein 2 hari setelah melahirkan. Aseton Uria dapat terjadi pada wanita tanpa komplikasi persalinan, partus lama dan dehidrasi. Diaforesis merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretensi dalam tubuh, terjadi selama 2-2 hari pertama setelah melahirkan.

Diaforsis disebabkan oleh : menurunnya keadaan estogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan serta mekanisme tubuh dalam mengatasi kelebihan cairan.

e. Sistem Pencernaan

Pada masa awal post partum dapat terjadi penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna, penurunan bising usus, rasa mual, konstipasi dan hemoroid. Adanya diastasis rectus Abdominalis yang berat menurunkan tonus abdomen.

f. Payudara

Setelah bayi lahir dengan cepat terjadi penurunan konsentrasi hormon yang menstimualsi perkembangan payudara, (estrogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin, kartisol dan insulin).

Sebagian hormon-hormon ini kembali ke kadar sebelum hamil yang ditentukan oleh ibu menyusui atau tidak. Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf merangsang lobus posterior kelenjar pituitary untuk mensekresi hormon oksitasin.

Oksitasin merangsang refleks let-down (mengalihkan) menyebabkan ejeksi ASI dari sinus laktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada putting. Ketika ASI di hisap maka sel-sel laktasi terangsang untuk menghasilkan ASI yang lebih banyak.

g. Sistem Kardiovaskuler

Denyut jantung. Volume sekuncup dan arah jantung meningkat segera setelah melakukan (lebih tinggi selama 30-60 menit) hal ini terjadi karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplacenta tiba-tiba kembali le sirkualasi umum.

Curah jantung normal 8-10 minggu setelah melahirkan. Biasanya tidak terjadi syok hipovolemik pada kehilangan darah persalinan normal (300-400 ml kelahiran tanggal pervaginam dan 2 kali lipat dengan SC). Hal ini karena adanya perubahan fisiologis pasca partum pada wanita yaitu : hilangnya sirkulasi uteroplacenta yang mengurangi ukuran pembuluh darahmaternal 10%-15% hilangnya fungsi ekstravaskuler yang disimpan selama hamil.

Tanda-tanda vital setelah melahirkan dalam batasa normal, bila temperatur selama 24 jam pertama meningkat sampai 38 derajat, keadaan ini sebagai akibat dehidrasi denyut nadi, volume sekuncup serta curah jantung tetap tinggi selama jam pertama menigkat sampai 38 derajat, keadaan ini sebagai akibat dehidrasi denyut nadi, volume sekuncup serta curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir, dan tekanan darah sedikit berubah atau nmenetap, evaluasi rutin bila perlu dilakukan selama 48 jam pertama.

h. Sistem Neurologi

Perubahan neurologis pada masa post partum lebih disebabkan karena adanya trauma saat melahirkan, yaitu : trauma jaringan / episiotomi : kandung kemih penuh. Sedangkan nyeri kepala bisa disebabkan oleh hipertensi, stress dll. Keadaan ini memerlukan penanganan dan pemeriksaan yang cepat

i. Sistem Muskuloskletal

Adaptasi system muskuloskeletal yang terjadi selama hamil secara langsung terbalik pada masa post partum. Adaptasi ini mencakup antara lain : relaksasi, mobilitas dan perubahan pusat berat akibat pembesaran rahim. Serta semua sendi akan kembali ke keadaan sebelum hamil

j. Sistem Integumen

Kloasma yang muncul pada masa hamil bis amenghilang. Sedangkan hiperpegmentasi di areola dan nigra tidak menghilang seluruhnya atau dapat menetap kulit yang menegang pada payudara, abdomen, paha dan panggul mungkin memudar, tetapi tidak menghilang. Rambut halus yang tumbuh pada saat hamil akan menghilang. Olaporesis perubahan yang paling jelas terlihat pada sistem inegumen

k. Sistem kekebalan

Kebutuhan ibu untuk mendapatkan vaksin ditetapkan

l. Adaptasi psikologis post partum

Selama periode post partum tugas dan tanggung jawab baru muncul dan kebiasaan lama perlu ditambah atau dirubah.Dengan adanya perubahan tersebut diperlukan suatu adaptasi baik pada ibu maupun bapak. Tiga fase penyesuaian terhadap peran sebagai orang tua yang ditandai oleh perilaku independen, perilaku dependen-mendiri, dan perilaku interdependen (Irene M. Gobak,1995)

Post partum Blues merupakan respon emosi ibu post partum dimana ia merasa sangat tertekan, mungkin menangis, individu tidak tahu mengapa ia merasa depresi.keadaan ini sifatnya sementara 1-10 hari menghilang, penyebab koping dan respon menjadi orang tua tidak adaptif meliputi : memberi makan,menstimulasi bayi, mengistirahatkan bayi, persepsi yang realitas, memiliki inisiatif melakukan kegiatan positif, menginteraksikan dengan anak lain, rasa puas terhadap peran mengasuh (Irene M. Bobak, at all, 1995)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Muskuloskeletal / istirahat

Tingkat energi, adanya kelelahan, mengantuk, insomnia, lamanya persalinan, deformitas, kesulitan pergerakan diatasis rectus abdominalis

b. Sirkulasi

Frekuensi nadi, irama (kuat, lemah), TD (110/70 mmHg – 140/90 mmHg), Perdarahan (N : 400 – 500 cc), Diaforesis, Suhu (37 – 38Oc), Sianosis, pucat / kemerahan, edema, distensi vena jugularis, kelainan bunyi jantung, capilary refil

c. Neuronsensori

Reflek pakta, keadaan status mental, hiperefleksi, sakit kepala, kelemahan ekstremitas bawah atau kesemutan

d. Seksualitas

TPU, kontraksi uterus, konsistensi abdomen keras / lunak, warna lochea, alirannya, banyaknya, adanya bekuan, bau, payudara lunak / keras, colostrum ada / baik, papila mammae (inverted / datar / extended). Nyeri tekan abdominalis, nyeri tekan payudara, keadaan perincum utuh / laserasi / episiotomi (panjang, jenis) tanda REEDA

e. Pencernaan

Kehilangan nafsu makan, mual / muntah, penuurnan BB, membran mukosa, kebiasaan BAB, adanya haemoroid, bising usus

f. Urogenital

Pola rutin BAK, waktu terakhir BAK, jumlah, warna urin, distensi kandung kemih, diuresis, pemasangan kateter,keluhan sakit pinggang,nyeri / keluhan saat BAK

g. Integumen

Keadaan kulit, kebersihan kulit dan rambut, varises aiba, linea nigra dan striae alba

Pemeriksaan Penunjang

Hamoglobin (N : 12-14 gr / dl) Hemotokrit (N : 37-80 vol %) Leukosit (N ; 5000-10000 ul) Trombosit (20.000-500.000 ul)

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut ketidaknyamanan bd trauma mekanis edema/ pembesaran jaringan atau distensi efek-efek hormonal.

Tujuan : Nyeri tulang / berkurang

Kriteria hasil :

Ø Klien dapat mengidentifikasi dna menggunakan intervensi untuk mengatasi ketidaknyamanan dengan tepat

Ø Klien dapat mengungkapkan berkurnagnya ketidaknyamanan

Intervensi

Ø Tentukan lokasi nyeri, sifat, ketidaknyamanan tinjauan ulang persalinan dan catatan kelahiran

Ø Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi. Perhatikan edema, echimosis, nyeri tekan lokal, eksudat purule atau kehilangan perlekatan jahitan.

R/ memberikan anastesi lokal, meningkatkan vasokintriksi dan mengurnagi edema dan vasodilatasi

Ø Kaji nyeri tekan usus, tentukan adanya dan frekuensi / intensitas afterpains. Perhatikan faktor-faktor pembesar

R/ selama 12 jam pertama post partum kontraksi uterus kuat dan reguler. Dan ini berlanjut selama 2-3 hari selanjutnya meskipun frekuensi dan intensitasnya berkurang

Ø Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal dibawah abdomen dan ia melakukan teknik visualisasi atau aktivitas pengaliahn.

R/ meningkatkan ketidaknyamanan, meningkatkan rasa kontrol dan kembali memfokuskan perhatian.

b. Menyusui : (ketidakpuasan dengan pengelaman menyusui) b.d struktur fisik payudara ibu

Tujuan ; mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui

Kriteria hasil :

Ø Klien dapat mendemontrasikan teknik efektif dari menyusui

Ø Menunjukkan kepuasan regimen menyusui satu sama lain,dengan bayi dipuaskan setelah menyusui

Intervensi

Ø Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya

R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan rencana keperawatan

Ø Kaji puting klien, anjurkan melihat puting susu setiap habis menyusui

R/ identifikasi dan intervensi dini dapat dicegah /membatasi terjadinya luka atau pecah puting, yang dapat merusak proses menyusui

Ø Anjurkan klien untuk mengeringkan puting meniup-niup selama 20-30 menit setelah menyusui. Instruksikan klien menghindari penggunaan sabun

R/ pemajanan pada udara atau panas membantu mengencangkan puting,sedangkan sabun dapat menyebabkan kering

Ø Anjurkan penggunaan kompres es sebelum menyusui dan latihan puting dengan memutar diantara ibu jari dan jari tengah dengan menggunakan teknik hoffman

R/ kompres es membantu membuat puting lebih menonjol, teknik hoffman melepaskan perlengketan yang menyebabkan inversi puting

  1. Resiko tinggi infeksi b.d trauma jaringan / kerusakan kulit, penurunan Hb, tindakan infasif, dan atau peningkatan pemajanan lingkungan malnutrisi

Tujuan ; Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil :

Ø Klien dapat mendemonstrasikan tehnik-teknik untuk menurunkan resiko, meningkatkan penyembuhan

Ø Tanda-tanda infeksi tidak ada

Intervensi :

Ø Pantau suhu dan nadi dengan rutin sesuai indikasi, catat tanda-tanda menggigil, anorexia dan malaise

R/ peningkatan suhu sampai 38,3oC dalam 24 jam I menandakan adanya infeksi

Ø Kaji lokasi dan kontrakbilitas uterus, perhatikan perubahan involusinya atau adanya nyeri tekan uterus ekstem menandakan kemungkinan bertambahnya jaringan placenta atau infeksi

Ø Catat jumlah lochea, bau, karakteristiknya atau perubahan pada kemajuan normal dari rubra menjadi serosa

R/ loctica secara normal mempunyai bau amis / anyir. Namun pada endometritis, mungkin purulen dan bau busuk

Ø Inspeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan berlebihan

R/ Diagnosis dini dari infeksi lokal dapat dicegah penyebaran pada jaringan uterus

Ø Observasi frekuensi berkemih

R/ status urinarius meningkatkan resiko terhadap infeksi

Ø Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih

R/ gejala ISK dapat tampak pada hari 2-3 pasca partum karena naiknya infeksi

Ø Anjurkan perawatan perincal

R/ pembersihan sering membantu mencegah atau menghalangi penyebaran infeksi

d. Perubahan eliminasi urine b.d efek dan hormonal

Tujuan : Eliminasi urine normal

Kriteria hasil :

Ø Berkemih tidak dibantu 6-8 jam setelah melahirkan

Ø Dapat mengosongkan kandung kemih setiap kali berkemih

Intervensi :

Ø Kaji masukkan cairan dan haluaran urin terakhir

R/ pada periode pasca partum awal kira-kira 4 cairan hilang melalui haluan urine dan kehilangan tidak kasat mata

Ø Palpasi kandung kemih, pantau fundus uteri dan lokasi serta jumlah lochea

R/ aliran plasma ginjal yang meningkatkan 25% - 50% selama periode pranatal tetap tinggi pada minggu I pasca partum, mengakibatkan peningkatan pengisian kandung kemih

Ø Perhatikan adanya edema atau laserasi spiriotomi

R/ trauma kandung kemih, uretha atau edema dapat mengganggu berkemih

Ø Anjurkan minum 6-8 gelas cairan per hari

R/ membantu mencegah status dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang waktu melahirkan

e. Konstipasi b.d penurunan tonus otot, efek-efek progesteron, dehidrasi,kelebihan analgesi atau anastesi diare persalinan

Tujuan : Konstipasi tidak terjadi

Kriteria hasil : klien akan melakukan kembali kebiasaan defikasi yang biasanya setelah melahirkan

Intervensi :

Ø Auskultasi adanya bising usus perhatikan kebiasaan pengosongan normal

R/ mengevaluasi fungsi usus utnuk mengetahui adanya diastosis rektis untuk menurunkan tonus otot abdomen yang diperlukan untuk supaya mengejan selama pengosongan

Ø Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar dan peningkatan cairan dan upaya untuk membuat pola pengosongan normal

R/ makanan kasar dan peningkatan cairan menghasilkan BAK atau merangsang eliminasi

Ø Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi

R/ membantu meningkatkan peristaltik gastrointinal

Ø Kaji episiotomi perhatikan adanya laserasi

R/ setiap perlukaan atau trauma perincal dapat menyebabkan ketidaknyamanan

f. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d penurunan masukkan, kehilangan cairan berlebiahn (muntah, diafonesis, peningkatan haluaran urine)

Tujuan : Klien dapat meningkatkan masukkan cairan yang adekuat

Kriteria hasil :

Ø Menunjukkan tekanna darah dan nadi dalam batas normal

Ø Masukan cairan dan haluaran urine seimbang

Ø Hb, Ht dalam kadar normal

Intervensi :

Ø Catat kehilangan cairan pada waktu kelahiran, tinjau ulang riwayat intranatal

R/ potensial hemorangi atau kehilangan darah berlebihan pada waktu kelahiran berlanjut pada periode post partum dapat diakibatkan dari persalinan yang lama.

Ø Evaluasi lokal dan kontraktilitas fundus uteri jumlah lochea, vagina dan kondisi perineum setelah 2 jam pada 8 jam pertama

R/ uterus yang relaks atau menonjol dengan peningkatan aliran lochea dapat diakibatkan dari persalinan yang lama

Ø Dengan perlahan masase fundus bila uterus menonjol

R/ merangsang kontraksi uterus dapat mengontrol perdarahan

Ø Evaluasi masukan cairan dan keluaran urine

R/ membantu dalam analisa keseimbangan cairan dan derajat kekurangan cairan

Ø Pantau suhu, nadi, dan tekanan darah

R/ peningkatan suhu dapat memperberat, tachycardi dapat terjadi.

g. Kurang pengetahuan tentang perawatan payudara b.d kurangnya informasi

Tujuan ; Klien dapat meningkatkan pengetahuan

Kriteria hasil :

Ø Klien menunjukan pertanyaan tentang perawtan payudara

Ø Bertanggung jawab untuk belajar sendiri dan berpartisipasi dalam proses belajar

Intervensi :

Ø Kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan payudara

R/ membuat data dasar dan mengidentifikasi kebutuhan belajar klien secara individu

Ø Tentukan kesiapan untuk belajar

R/ faktor-faktor sepertiansietas atau kurang kesadaran tentang kebutuhan informasi dan mengganggu kesiapan untuk belajar

Ø Ajarkan perawatan payudara

R/ dengan mengajarkan akan bertambah pengetahuan klien tentnag perawatan payudara


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. Lynda Juall. (2005) Buku Saku. Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. alih Bahasa Yasmin Asih SKp, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran : EGC.

Doenges. Marylin. E. (2000). Rencana Perawatan Maternal / Bayi edisi 2, alih bahasa Monica Ester, Jakarta, Penerbit : Buku Kedokteran EGC

Doenges. Marylin.et, al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, alih bahasa Imade Kariase, SKp, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran : EGC.

Manuaba. Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Mochtar. Rustam. (1998). Sinopsis Obsetetri. Edisi 2. Jakarta : EGC

Saifudin. Abdul Bari. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : JNPKKR – POGI

Wiknjosastro. Hanifa. (1999). Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar