BAB II
TINJAUAN TEORI.
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang pada umumnya lebih sering menyerang anak-anak secara klinis pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer atau sebagai penyakit dari berbagai penyakit lain (Keperawatan Pediatric, Donna L Wong, 2003).
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenkin. Paru yang terjadi pada anak-anak (Asuhan Keperawatan pada anak, Suriadi, 2001).
Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Perawatan Anak Sakit, Ngastiyah, 1997).
Broncho Pneumonia adalah infeksi akut yang secara anatomi mengenai bagian lobus paru, mulai dari parenkim paru sampai perbatasan bronkus, ditandai dengan klien gelisah, sesak nafas, pernafasan cuffing & sianosis hidung dan mulut. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah,1998)
B. Etiologi
Berdasarkan etiologinya pneumonia dibagi menjadi :
1. Bakteri
Pneumonia merupakan penyebab utama pneumonia. Pada orang dewasa umumnya disebabkan oleh pneumococ sero tipe 1-8, sedangakan pada anak “tipe 14,1,6,9. insiden meningkat pada usia > 4thn & menurun dengan bertambahnya umur.
Streptococmerupakan komplikasi dari penyakit virus lain seperti morbili & varisela atau komplikasi penyakit kuman lain, seperti pertusis, breumoni oleh pnemococus basil gram (-) seperti H.Influensa za, P. Averiginosa, tuberculosa.
Streptococ lebih banyak pada anak-anak & bersifat progresif resisten terhadap pengobatan & sering menimbulkan komplikasi, seperti absen paru, empiema, tension pneumotoraks.
2. Virus
Virus respiratori syn cy tyal, virus influenza za, virus adeno, virus sitomegalik.
3. Aspirasi
Makanan, misalnya pada tetanus neonatorum benda asing, krosen (benda minyak tanah) & cairan amnion.
4. Pneumonia hipostatik
Penyakit yang disebabkan tidur terlentang terlalu lama, misalnya pada anak sakit dengan kesadaran menurun /penyakit lain yang harus istirahat ditempat tidur yang lama sehingga terjadi kangesti pada paru belakang bawah.
5. Jamur
Histoplasmosis capsulatum, candida albicans, blastima kosis, kalsidoidomikosis, asper gilosis & aktinomikosis.
6. Sindrom Loeffier
Pada foto rontgen terhadap in filtran yang dapat berpindah dari satu lobus ke lobus lain merupakan infiltran dari iosinafil sering kali disangka sebagai TBC miliaris. Pada umumnya infiltran ini dianggap sebagai reaksi alergi terhadap protein asing didaerah tropis dihubungkan dengan migrasi larva “cacing dari usus keperedaran darah dan paru, (Mansjoer, A, 2000)
C. Patofisiologi.
Bakteri penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran nafas menyebabkan reaksi jaringan berupa odema, yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya serbukan sel PMN (polimorfonuklear). Fibrin, eritrosit, cairan edema, dan kuman di alveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah. Sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin kepermukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan lekosit PMN di alveoli dan proses fagositosis yang tepat. Dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkartan jumlah sel makrofrag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya fibrin, serta menghilangnya jumlah kuman dan febris (Mansjoer, A, 2000).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut ini.
Patofisiologi Bronchopneumonia :
D. Faktor Predisposisi
a. Polusi udara
b. Infeksi saluran nafas bagian atas.
c. Immobilitas yang lama
d. Therapy immuno suptesif (kortikosteroid, kemoterapi)
e. Malnutrisi, dehidrasi
f. Penyakit kronis :DM, COPD, penyakit jantung
g. Aspirasi
h. Tidak imunisasi DPT (difteri dan pertusis) dan measles. (sofyani 2000)
- Faktor yang memudahkan :
- Fisiologik : morbili, varicella.
- Imunologik : Hypoanaglobulinemia
- Anatomik : palatoschisis
- Umur : umur makin muda) banyak.
B. Manifestasi Klinik
Broncho Pneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas, selama beberapa hari dengan tanda-tanda sebagai berikut : adanya peningkatan suhu sampai 39oC –40oC dan mungkin disertai kejang karena demam tinggi, anak sangat gelisah, dispnoe pernafasan cepat & dangkal disertai pernafasan cuping hidung cyanosis kadang-kadang disertai muntah dan diare, batuk ditemukan setelah beberapa hari, mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
C. Klasifikasi Pneumoni
1. Broncho Pneumonia (pneumonia lobularis) yang dimulai pada bronchiolitis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurent sampai membentuk gabungan pada daerah dekat lobulus.
2. Intersisial pneumonia yang mana adanya suatu proses inflansi yang lebih atau hanya terbatas didalam alveolus serta jaringan interlobular.
3. Pneumonia lobaris, dimana yang terserang adalah segmen besar dari satu lobus pulmonary, apabila ke 2 paru yang terkena maka hal ini sebagai bilateral atau Double Pneumonia.
E. Pemeriksaan Penunjang
- Leukositosis => dapat mencapai. 15.000-40.000 /mm3
- LED meningkat
- Astrup /AGD dapat menunjukan asidosis metabolic dengan atau tanpa retensi CO2
- Usapan tenggorokan
- WBC (White Blood cell) : biasanya kurang dari 20.000 cells /mm3
- Rontgen:- pada broncho pneumoni thoraks terdapat bercak “infiltrasi pada suatu atau beberapa lobus.
- Pada pneumoni lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
F. Komplikasi
Komplikasi pulnomal :
- Efusi pleura
- Empiema
- Abses paru
- Bronkietasis
- Pyopneumothorax
Komplikasi Ekstrapulmonal :
- Meningitis - Osteomyelitis
- Abses otak - Otitis media
- Endokarditis
- Perikarditis
- Arthritis
(Ngastiyah, 1997)
D. Penatalaksanaan Medis
a. Oksigen 1-2 ltr /mnt
b. IVFD Dextrose 10% : Nacl 0,9 % = 3:1, ditambahkan KCL 10mg /500ml. Cairan : jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makannan enternal bertahap melalui selang nasogastrik tube dengan Feeding drip.
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dab beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosiliar.
e. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa & elektridit.
f. Antibiotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia Community base :
a. Ampicilin 100 mg /kg BB /hr
b. kloramfenicol 75 mg/kg BB /hr.dlm 4x pemberian untuk kasus pneumonia hospital base
c. sefotaksim 100 mg /kg BB /hr dlm 2x pemberian
d. amikosin 10-15 mg /kg BB /hr dlm 2 x pemberian
Catatan : - pengobatan diberikan selama 7-10 hari pada kasus tanpa komplikasi.
- pneumonia ringan tidak memerlukan perawatan & diberikan antibiotika oral golongan deviratnya atau kontrimoksazol.
(Mansjoer, A, 2000)
B. Konsep Asuhan Keperawatan.
- Pengkajian :
- Riwayat Kesehatan :
Tanyakan kepada orang tua atau klien apakah ada batuk, demam, kesulitan bernafas, mengi, mudah letih, Infeksi pernafasan masa lalu, sering pilek & riwayat keluarga mengenai gangguan pernafasan.
- Pemeriksaan fisik :
- takipnea, dyspnoe, cynotis, pernafasan cuping hidung, penggunaan otot pernafasan.
v Palpasi :
Mengetahui kesemetrisan thoraks, juga akan menunjukan secara jelas tempat-tempat dimana dirasakan nyeri.
v Perkusi :
Terdengar tedup yaitu bila konsisten paru agak padat & terdapat infiltrat.
v Auskultasi :
Terdengar adanya suara ronchi.
- Pemeriksaan diagnostik :
- Foto toraks : pada foto toraks, broncho pneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
- Laboratorium :
- Gambaran darah tepi menunjukan leukositosis, dapat mencapai 15.000- 40.000 /mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapatdi biakan dari usapan tenggorokan, dan mungkin juga dari darah.
- Urin biasa berwarna lebih tua, mungkin terdapatalbumia uria ringan karena suhu yang naik & sedikit torak halin
- AGD dapat menunjukan asidosis metabolic dengan atau tanpa retensi Co2 (ngastiyah, 1997)
- Diagnosa Keperawatan.
Beberapa diagnosa keperawatanyang mungkin timbul pada salah seorang klien anak dengan broncho pneumonia adalah :
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhungan dengan meningkatnya produksi sputum (Suriadi & Rita, Y, 2001)
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru.
3. Resiko infeksi sekunder berhubungan dengan tidak adekuatannya pertahanan tubuh primer(respon silia menurun, statisnya sekreasi pernafasan) dan penumpukan sputum.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hyperthermia dan hyperpnea.
5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan meningkatnya kebutuhan metabolisme.
6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan kondisi anak.
- Implementasi
I.Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya produksi sputum.
· Kriteria hasil
Jalan nafas menjadi efektif, pola normal, anak istirahat dengan tenang.
Intervensi
- Kaji kecepatan pernafasan dan adanya otot pernafasan tambahan.
R/ takipnea, pernafasan dangkal pergerakan dada yang asimetrik biasanya ada karena ketidak nymanan dari pergerakan dinding dada dan cairan paru.
- Auskultasi bunyi paru seperti ronchi, wheezing
R/ Ronchi, wheezing terdengar saat inspirasi /ekspirasi sebagai respon terhadap akumulasi cairan, sekreasi yang kental dan obstruksi /spasme jalan nafas.
- Berikan posisi semi fowler /elevasi kepala 30o
R/ Diafragma yang lebih tinggi meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi.
- Kaji reflek batuk klien
R/ Reflek batuk penting dalam pengeluaran sekresi yang efektif dan respon terhadap masuknya agen.
- Suction sesuai indikasi
R/ Menstimulasi batuk atau secara mekanik membersihkan jalan nafas pada klien yang bisa batuk efektif atau kesadaran menurun.
- Berikan intake cairan sesuai kebutuhan.
R/ Cairan membantu mengencerkan sekresi.
- Beri suplemen cairan melalui IV line
R/ Diperlukan untuk mengganti cairan yang hilang.
- Berikan oksigen
R/ Mempertahakan PaO2 diatas 60 mmHg
- Pemberian pengobatan inhalasi dan fisiotherapi
R/ memudahkan pencairan dan pengeluarkan sekresi.
- Monitor AGD
R/ menindak lanjuti perkembangan dan efek proses penyakit dan memfasilitasi adanya perubahan therapy.
- Berikan obat sesuai indikasi mukolitik, ekspektoran, bronkodilator
R/ membantu mengencerkan secret sehingga dapat keluar pada saar batuk.
II. gangguan pertukaran gas berhubugan dengan proses infeksi pada jaringan paru.
· Kriteria hasil
Sesak tidak terjadi dan gangguan pertukaran gas dapat diatasi
Intervensi
- observasi tanda-tanda vital terutama pernafasan tiap 2-4 jam
R/ mengkaji perkembangan penyakit dan mengetahui hipoventilasi sedini mungkin.
- Berikan posisi semi fowler
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal dan memperbaiki ventilasi
- Kolaborasi dengan dokter pemberian oksigen
R/ Mencegah hipoxemia mempertahankan oxygenasi kejaringan yang adekuat.
- Pertahankan istirahat tidur
R/ Menurunkan kebutuhan oksigen
- Kaji status mental
R/ Ansietas/ gelisah menggambarkan hipoxemia atau penurunan oxigen
- Kolaborasi dengan dokter pemeriksaan AGD
R/ Mendeteksi asidosis metabolic/ mengikuti perkembangan penyakit dan perubahan therapy.
III. Resiko infeksi sekunder berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh primer
· Kriteria Hasil
Infeksi sekunder tidak terjadi
Intervensi
- Monitor tanda-tanda vital
R/ Mendeteksi kelainan yang terjadi sedini mungkin
- Kaji karakteristik sputum
R/ Perubahan karakteristik sputum menunjukan perbaikan atau perbaikan atau infeksi sekunder
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
R/ Efektif untuk mengurangi patogen / penyebaran kuman
- Bersihkan jalan nafas kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antimikroba sesuai indikasi
R/ Untuk meningkatkan pengeluaran sekresi dan mencegah timbulnya penumpukan sputum
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antimikroba sesuai indikasi
R/ untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen.
IV. Resiko kekurangan volume cairan ba hyperthemia atau hyperpnea
KH : Anak dapat mempertahakan keseimbangan cairan dengan pengeluaran urine setiab 1-2 ml/kg/jam, turgor kulit baik dalam kapilary riffil 3-5 mnt
Intervensi :
- Monitor Intake output cairan pada anak
R/ Monitor bisa mendeteksi kekurangan output urine, yang berarti menunjukkan dehydrasi
- Kaji anak untuk peningkatan bernapas dan demam setiap 1-2 jam
R/ Peningkatan pernapasan & suhu tubuh merupakan akibat dari berkurangnya cairan
- Kaji tanda-tanda dehidrasi pada anak, termasuk olyguria, turgor kulit baruk, membran mukosa kering
R/ Tanda-tanda tersebut menunjukkan kebutuhan intake cairan
- Berikan cairan IV sesuai intruksi
R/ Cairan IV di perlukan untuk menjaga kebutuhan intake cairan adekuat pada anak
- Anjurkan intake cairan oral setiap 1-2 jam bila tidak ada …. .. ….
R/ Penambahan intake cairan membantu mencegah dehidrasi dan seksesi cairan
V. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh ……… meningkatnya metabolisme
KH : Intake nutrisi anak terpenuhi sesuai kebutuhan dengan makan sekurangnya 80%
Intervensi :
1. Pertahankan anak pada diet tinggi protein tinggi kalori
R/ Anak mebutuhkan diet tinggi protein dan kalori untuk meningkatkan energi yang di butuhkan
2. Hidangkan sedikitnya porsi makanan yang terdiri dari makanan yang anak sukai
R/ Makan sedikit, jumlah hidangan mengurangi cadangan untuk makan lebih banyak makanan lainnya
3. Hidrasi susu dan formula full krim
R/ susu dan formula mempertebal sekret
VI. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai kondisi anak
· Kriteria Hasil
Orang tua mengalami penurunan rasa takut / cemas dan mendukung anak serta menjelaskan kondisi anaknya
Intervensi :
- Kaji pengetahuan orang tua tentang kondisi anaknya dan pengobatan yang diterapkan
R/ Seperti pengkajian dasar yang memulainya dengan mengajar
- Anjurkan orang tua untuk tinggal bersama anaknya selama hospitalisasi
R/ Mengikut sertakan orang tua untuk tinggal akan terjadi dekungan bagi anak
- Jelaskan semua prosedur kepada anak dan orang tua
R/ Penjelasan sebelum dan sesudah prosedur rumah sakit akan meningkatkan pengetahuan dan mengurangi kesalahpahaman mengurangi kecemasan
- Berikan dukungan emosional kepada orang tua dan beri masukan akan membantu melewati hospitalisasi anaknya
R/ Dengarkan perasaan orang tua dan beri masukan akan membantu mereka melewati masa krisis hospitalisasi
4. Evaluasi
a. Jalan nafas bersih dari sekret, bunyi pernafasan bersih
b. Frekuensi pernafasan sesuai dengan umur
c. Pertukaran gas dapat dipertahankan
d. Suhu tubuh dalam batas normal
e. Tidak ada infeksi ditandai temperatur normal, tidak ada tanda-tanda infeksi
f. Volume cairan mencukupi
g. Orang tua mengalami penurunan rasa takut / cemas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar