A. Konsep dasar kista ovarium
1. Pengertian kista ovarium
Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).
Menurut Jacoeb, kista berarti kantong abnormal yang berisi cairan abnormal diseluruh tubuh ( http:// www. tabloid-nakita. com ).
Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik. ( Sjamsoehidayat. 2005: 729 ).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka yang dimasud dengan kista ovarium adalah kantong abnormal yang berisi cairan atau neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat jinak juga dapat menyebabkan keganasan.
2. Etiologi kista ovarium
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan dari bahan – bahan yang bersifat karsinogenik, bisa zat kimia, polutan, hormonal dan lain – lain. ( http:// www.tempo.co.id ).
3. Patofisiologi kista ovarium
Factor pemicu :
§ Bahan – bahan bersifat karsinogenik
§ Zat kimia
§ Polutan
Perut membuncit, kembung, mual nafsu makan menurun Sesak / vaskularisasi Nyeri Resiko infeksi Resiko perdarahan Kesulitan defekasi Nyeri akut & perdarahan Organ 2x dalam rongga ( usus, hati ) Rectum dan kandung kemih Paru2 & jantung operasi Metastase ke jaringan sekitar Ada massa di perut bawah Tidak menyebar ganas jinak Ukuran > 5 cm Ploriferasi sel / sel membelah Tidak perlu dioperasi Hilang dalam 3 bulan Siklus menstruasi neoplasti fisiologis
Diameter <>
( Sjamsoehidayat. 2005: 729 )
4. Klasifikasi kista ovarium
a. Kista folikel
Kista folikel berkembang pada wanita muda wanita muda sebagian akibat folikel de graft yang matang karena tidak dapat meyerap cairan setelah ovulsi.kista ini bisanya asimptomotik keculi jika robek.dimana kasus ini paraf jika tedapat nyeri pada panggul.jika kista tidak robek,bisanya meyusut setelah 2-3 siklus menstrusi.
b. Kista corpus luteum
Terjadi setelah ovulasi dan karena peningkatan sekresi dari progesterone akibat dari peningkatan cairan di korpus luteum ditandai dengan nyeri, tendenderness pada ovari, keterlambatan mens dan siklus mens yang tidak teratur atau terlalu panjang. Rupture dapat mengakibatkan haemoraghe intraperitoneal. Biasanya kista corpus luteum hilang dengan selama 1-2 siklus menstruasi.
c. Syndroma rolycystik ovarium
Terjadi ketika endocrine tidak seimbang sebagai akibat dari estrogen yang terlalu tinggi, testosoron dan luteinizing hormone dan penurunan sekresi fsh. Tanda dan gejala terdiri dari obesitas, hirsurism (kelebihan rambut di badan) mens tidak teratur, infertelitas.
d. Kista Theca- lutein
Biasanya bersama dangan mola hydatidosa. Kista ini berkembang akibat lamanya stimulasi ovarium dari human chorionik gonadotropine( HCG ). ( Lowdermik,dkk. 2005:273 )
5. Tanda dan gejala
Kebayakan tumor ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormone atau komplikasi tumor tersebut.
Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a. menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri
b. perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah
c. nyeri saat bersenggama
d. perdarahan
6. Penatalaksanaan
a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
d. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi. ( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya kanker / kista.
b. Ultrasound / scan CT : membantu mengindentifikasi ukuran / lokasi massa.
c. Laparoskopi : dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan endometrial.
d. Hitung darah lengkap : penurunan Hb dapat menununjukan anemia kronis sementara penurunan Ht menduga kehilangan darah aktif, peningkatan SDP dapat mengindikasikan proses inflamasi / infeksi. ( Doenges. 2000:743 ).
8. Komplikasi
Menurut manuaba ( 1998:417 ) komplikasi dari kista ovarium yaitu :
a. Perdarahan intra tumor
Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat.
b. Perputaran tangkai
Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen.
c. Infeksi pada tumor
Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu aktifitas sehari-hari.
d. Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah kedalam rungan abdomen.
e. Keganasan kista ovarium
Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.
B. Konsep dasar asuhan keperawatan kista ovarium
1. Pengkajian
Menurut doenges ( 2000.997 ) hal - hal yang terus terkaji pada klien dengan post operasi laparatomi adalah :
1. Data biografi klien
2. Aktivitas/Istirahat
Kelemahan atau keletihan. perubahan pola istirahat dan jam kebisaan tidur, adanya factor - faktor yang mempengaruhi tidur misal : nyeri, ansietas, keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan.
3. Sirkulasi
Palpitasi, nyeri dada, perubahan pada TD
4. Integritas ego
Factor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan dalam penampilan insisi pembedahan, perasaan tidak berdaya, putus asa,depresi,menarik diri.
5. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi misal:darah pada feces,nyeri pada defekasi, perubahan eliminasi urinarius misalnya: nyeri, perubahan pada bising usus.
6. Makanan/cairan
Anoreksia, mual / muntah.intoleransi makanan, perubahan pada berat badan penurunan BB, perubahan pada kelembaban / turgor kulit, edema.
7. Neurosensori
Pusing, sinkop
8. Nyeri / kenyamanan
Tidak ada nyeri / derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat ( dihubungkan dengan proses penyakit ).
9. Pernapasan
Merokok, pemajanan abses
10. Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama, berlebihan, demam, ruam kulit / ulserasi.
11. Seksualitas
Perubahan pada tingkat kepuasan
12. Interaksi social
Ketidak adekuatan / kelemahan system pendukung, riwayat perkawinan, masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran.
13. Penyuluhan / pembelajaran
Riwayat penyakit pada kelurga, riwayat pengobatan, pengobatan sebelumnya atau operasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Cemas b.d prosedur operasi, perubahan konsep diri.
b. Kerusakan integritas kulit b.d pengangakatan bedah kulit.( jaringan, perubahan sirkulasi).
c. Nyeri b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan
d. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebih.
e. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah intake yang tidak adekuat.
f. Gangguan harga diri b.d biofisikal prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh, psikososial, masalah tentang ketertarikan social.
g. Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler, nyeri / ketidaknyamanan, pembentukan edema.
h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi. ( Doengoes. 2000: 754 ).
3. Rencana/ intervensi keperawatan
a. Dx 1 : cemas b.d prosedur operasi perubahan konsep diri.
Intervensi;
1. Yakinkan informasi klien tenteng diagnosis, harapan, intervensi pembedahan dan terapi yang akan datang.
2. Jelaskan tujuan dan persipan untuk tes diagnostic
3. Berikan lingkungan perhatian, kterbukaan dan penerimaan juga privasi untuk pasien / orang terdekat.
4. Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengekspresikan takut.
5. Kaji tersedianya dukungan pada pasien.
6. Diskusikan / jelaskan peran rehabilitasi setelah pembedahan.
b. Dx 2 : kerusakan integritas kulit b.d pengangkatan bedah kulit / jaringan, perubahan sirkulasi.
Intervensi:
1. Kaji balutan / untuk karakteristik drainase, kemerahan dan nyeri pada insisi dan lengan.
2. Tempatkan pada posisi semi fowler pada punggung / sisi yang tidak sakit dengan lengan tinggi dan disokong dengan bantal.
3. Jangan melakukan pengukaran TD, menginjeksikan obat / memasukan IV pada lengan yang sakit.
4. Inspeksi donor/ sisi donor ( bila dilakukan ) terhadap warna, pembentukan lepuh perhatikan drinase dan sisi donor
5. Kosongkan drain luka, secara periodic ( catat jumlah dan karakeristik drainase )
6. Dorong klien untuk menggunakan pakaian yang tidak sempit / ketat.
7. Kolaborasi: berikan antibiotic sesuai indikasi
c. Dx 3 nyeri b.d prosedur pembedahan
Intervensi:
1. Kaji keluhan nyeri, perhataikan lokasi, lama dan intensitas (skala 0-10), perhatikan petunjuk verbal dan nonverbal
2. Bantu pasien menemukan posisi nyaman
3. Berikan tindakan kenyamanan dasar
4. Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal terakhir
5. Kolaborasi : berikan / analgetik sesuai indikasi
Prinsip Intervensi Keperawatan
1. Informasikan tentang pengobatan dan efek yang terjadi.
2. Mengurangi nyeri menurunkan nyeri sampai tingkat kenyamanan yang dapat diterima klien.
3. Berikan cairan dan makanan (nutrisi) sesegera mungkin setelah pasien harus.
4. Ambulasi sesegera munkin setelah operasi sesuai toleransi.
5. Meminimalkan penyebaran dan transmisi dari agen infeksi dengan berkerja secara septic dan anti septic.
6. Informasikan kepada klien tentang perawatan post operasi dirumah. ( Wilkinion, judit. 2005 )
4. Evalusi keperawatan
a. Cemas klien berkurang
b. Kerusakan integritas kulit tidak terjadi
c. Nyeri berkurang
d. Nutrisi klien terpenuhi
e. Penyebaran infeksi tidak terjadi
f. Pengetahuan klien bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC.
Lowdermilk, perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edition. Philadelphia : Mosby.
Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar