Untuk saran dan kritik kirimkan via email ilhamsyah050@gmail.com atau sms ke 08561836482

Mesin pencari

Kamis, 10 Juli 2008

KONDAS STROKE HEMORAGIK

TINJAUAN TEORI

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang konsep dasar dari stroke yang terdiri dari definisi, etiologi, klasifikasi menurut jenisnya, klasifikasi menurut perjalanan penyakit, patofisiologi, manifestasi klinis dan manifestasi yang mudah dikenali, penatalaksanaan, pengobatan serta konsep dasar asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan dan prinsip-prinsip intervensi.

A. Konsep Dasar

1. pengertian

Stroke adalah disfungsi neurologis yang umum dan timbul secara mendadak sebagai akibat dari adanya gangguan suplas darah keotak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah otak yang terganggu (WHO, 1989).

Sedangkan Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic (Arif Manjoer, 2000).

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat terjadi akibat pembentukan trombus disuatu arteri serebrum akibat embolus yang mengalir keotak dan tempat lain ditubuh atau akibat perdarahan otak (Elizabeth J. Corwin, 2001).

Stroke adalah disfungsi neurology yang mempunyai awitan yang mendadak dan berlangsung 24 jam sehari sebagai akibat dari cedera cerebrovaskuler (Huddak and Gallo, 1996).

Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya supplay darah kebagian otak (Brunner and Suddarth, 2001).

  1. Etiologi

a. Trombosis Cerebral

Terjadi pada pembuluh darah yang oklusi sehingga menyebabkan iskemik, jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya, trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang tidur / bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iksemik cerebral, tanda dan gejala neurologis yang memburuk dalam 48 jam setelah trombosis otak : athorosklaresis, bifer coagulasi pada polyeitemia, arthiritis (radang pada otak).

b. Emboli

Merupakan penyumbatan balutan darah otak oleh bekuan darah, lemak, udara pada umumnya embli berasal dari trombus dijantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri, cerebral emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan emboli : katup-katup jantung yang rusak akibat Rhematic Hear + Deasease (RHO), miocard infark, fibrilasi, endocaditis.

c. Hipoxia umum dan Hipoxia setempat

Hipoxia yang parah, cardiac pulmonary atrest, cardiac out put kurang akibat dari aritmia, spasme arteri otak serebral yang disertai sakit kepala, faktor resiko terjadinya stroke adalah DM, perokok, obesitas, peminum alkohol.

  1. Patofosiologi

Trombosis serebral merupakan penyebab utama dari cerebrovaskuler accident proses terjadinya berhubungan dengan skleorosis pada arteri carotis dan percabangannya. Namun kadang-kadang dapat disebabkan oleh reaksi peradangan dingding pembuluh darah yang selanjutnya menyebabkan terhambatnya supplay darah dan iskemik jaringan otak, yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan nekrosis (infark) jaringan otak, DM, usia dan merokok merupakan faktor resiko aterosklerosis. Ateroskerosis merupakan kombinasi dari perubahan tumka intim dengan penumpukan lemak, komposisi darah maupun defisit Ca dan disertai pula oleh perubahan pada tumka media dipembuluh darah besar yang mengakibatkan permukaan menjadi tidak rata. Pada aliran darah lambat atau saat tidur makan terjadi penyumbatan untuk pembuluh darah kecil dan arterior terjadi penumpukan lipohyalinosis yang dapat menyebabkan miokard infark. Emobli berasal dari trombus yang rapuh atau kristal dalam arteri carotis dan arteri vertebralis yang sklerotik, bila terlepas dan mengikuti aliran darah akan menimbulkan emboli arteri intrakranium yang akhirnya mengakibatkan iskemik otak yang bila berlangsung lama akan menyebabkan nekrosis (infark) jaringan otak dan akan menyebabkan kematian.

Faktor penyebab stroke / DM

Aterosklerosis

Trombosis

Trombus

Emboli

Oklusi




Metabolisme anerob Iskemik Pompa Na + K gagal




Asam Laktat ↑ Oedema cerebral Gangguan keseimbangan

Cairan dan elektrolit

Nekrosis jaringan Peningkatan TIK Herniasi otak

Otak (infark)




Kematian

(Huddack and Gallo, 1996)

  1. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena.

a. Kelumpuhan wajah / anggota badan sebelah (hemipatesis) yang timbul secara mendadak.

b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.

c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor atau koma)

d. Apasia (kesulitan dalam bicara)

e. Disatria (bicara cadel atau pela)

f. Gangguan penglihatan diplopia

g. Afaksia

h. Vartigo, mual, muntah, dan nyeri kepala

  1. Komplikasi

a. Hipertensi / hipotensi

b. Kejang

c. Peningkatan tekanan intrakranial / TIK

d. Kontraktur

e. Tonus otot abnormal

f. Trombosis vena

g. Malnutrisi

h. Aspirasi, inkontinensia urine, bowel.

  1. Pemeriksaan Penunjang

a. Computerized fomography scanning / CT scan : mengetahui area infark, edema, hematoma, struktur dan sistem ventrikel otak.

b. Magnetic Resonance imaging / MRL : menunjukkan darah yang mengalami infark haemoregik, malformasi arteri ovena.

c. Elektro encephalografi / FEG : mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

d. Angiografu serebral : membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur.

e. Sinar X tengkorak : mengetahui adanya klasifikasi karotis interna pada trombosis cerebral.

f. Fungsi lumbal : menunjukkan tekanan normal, jika tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukkan haemorogik subarachoid / perdarahan infrakranial.

  1. Penatalaksanaan Medis

a. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral

Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.

b. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK

Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.

c. Pengobatan

- Anti koagulan : Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada fase akut.

- Obat anti trombotik : Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik / emobolik.

- Bloker calsium : Hemipidin digunakan untuk mengobati vaso spasme cerebral.

- Fentral : Digunakan untuk meningkatkan aliran darah kapiler mikrosirkulasi sehingga meningkatkan perfusi dan oksigen otak.

d. Penatalaksanaan Pembedahan

Indaterektomi dan pembedahan by pass cranial yaitu membuat anastomisis arteri ekstra cranial yang memperdarahi kulit kepala arteri intrakranial ketempat yang tersumbat.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktivitas

Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis (hemilegia), merasa mudah lelah susah untuk beristirahat (nyeri / kejang otot).

b. Sirkulasi

Adanya penyakit jantung (mokard, infark, reumatik) penyakit jantung vaskuler gagal jantung kronik, endokarditis bacterial, polikemia, riwayat hipotensi postural.

c. Integritas Ego

Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.

d. Eliminasi

Perubhan pola berkemih seperti, inkentinensia urine, anaria, distensi abdomen (distensi kandung kemih berlebihan) bising usus negatif (ileus paralitik).

e. Makanan cairan

Nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut (peningkatan TIK) kehilangan sensori (rasa kecap) pada lidah, pipi dan tenggorok, disfugia adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.

f. Neurosensori

Sinkop / pusing (sebelum serangan / sesama TIA) sakit kepala akan sangat berat dengan adanya perdarahan intraserebral atau subarachnoid kelemahan / kesemutan / kebas biasanya terjadi selama serangan TIA yang ditemukan dalam berbagai derajat pada jenis stroke yang lain, gigi yang kena terlihat seperti ”mati / lumpuh”. Penglihatan menurun seperti buta total, kehilangan daya ingat sebagian / kebutuhan monokuler). Penglihatan ganda diplopia atau gangguan yang lain, tentukan hilangnya rangsangan sensorik kontralateral (pada sisi tubuh yang berlawanan) pda ekstermitas dan kadang-kadang pada psikolateral (satu sisi).

g. Nyeri dan kenyamanan

Sakit kepala dingin intensitas yang berbeda-beda (karena arterik karotik terkena).

h. Pernapasan

Ketidakmampuan menelan hambatan jalan napas, timbulnya pernapasan sulit / tidak teratur

i. Kemampuan

Motorok / sensorik : masalah dengan penglihatan, perubhan persepsi terhadap ortentansi tempat labuh hilang, kewaspadan terhadap bagian tubuh yang sakit, tidak meniput mengenal objek, taruma kata dan wajah yang pernah dikenalinya dengan baik.

j. Interaksi

Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.

k. Penyuluhan / pembelajaran

Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, riwayat stroke atau faktor resiko (pemakaian kontrasepsi oral kecanduan alkohol).

2. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah, gangguan eklusif.

b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan sirkulasi serebral, kerusakan neuromuskular, kehilangan tenus otot fasial, kelemahan / kelelahan umum.

c. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromuskular, kelemahan parastesia.

d. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan transmisi, integrasi, stress psikologis.

e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler : penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol / koordinasi otot.

f. Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisik, psikososial, percebtual informasi.

g. Resiko tinggi terhaedap kerusakan menelan berhubungan dengankerusakan neuromuskular / peceptual.

h. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

3. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan interupsi aliran darah, tidak adekuatnya suplai darah kecerebral : gangguan oklusi, homoragi, vasospasme cerebral, edema cerebral.

Data pendukung : Penurunan kesadaran,Nilai GCS,Perubahan tanda vital, Perubahan sensorik dan motork, Penurunan funsi memori, Nyeri kepala, Muntah, Nilai AGD dan lain-lain

Kriteria hasil :

a. Klien dapat mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi kognitif, sensorik dan motorik.

b. Klien dapat mempertahankan perfusi jaringan serebral adekwat.

c. Klien dapat menunjukkan TTV stabil dan tidak ada peningkatan TIK tidak ada.

Intervensi :

a. Pantau dan catat status neurologik setiap hari

R/ Menentukanperubahan defisit neurologik

b. Pantau TTV setiap jam dan catat adanya hiper / hipotensi

R/ Adanya perubahan tanda vital seperti respirasi menunjukkan kerusakan perubahan neurologik.

c. Kaji ulang tingkat kesadaran GCS

R/ Tingkat kesadaran merupakanindikator terbaik adanya perubahan neurologik.

d. Pertahankan pasien bedrest, berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, atur istirahat dan aktivitas.

R/ Istirahatyang cukup dengan lingkungan yang tenang mencegah perdarahan kembali.

e. Pertahankan kepala tempat tidur 300-450 dengan posisi leher tidak menekuk.

R/ Menfasilitasi drainase vena dari otak

f. Monitor kejang dan berikan obat anti kejang.

R/ Kejang dapat terjadi akibat iritasi serebral dan keadaan kejang memerlukan banyak O2.

Evaluasi keperawatan :

Klien dapat mempertahankan perfusi jaringan serebral.

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, perasetesia, pasalisis hipotorik, paralisis spastis.

Data pendukung : Pasien tidak mampu menggerakkan tangan dan kaki sebelah.

Pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan ADL.

Kebutuhan ADL dibantu.

Adanya hemoplagia / hemiparase

Tonus otot berkurang

Kekuatan otot kurang

Hasil EMG

Kriteria Hasil :

d. Klien dapat mempertahankan kekuatan otot dan menghindari imobilisasi

e. Klien dapat mempertahankan integritas kulit.

Intervensi :

a. Kaji ulang kemampuan motorik

R/ Mengidentifikasi kekuatan otot, kelemahan motorik

b. Ajarkan pasien untuk melakukan ROM minimal 4 x/hari bila mungkin.

R/ Latihan ROM meningkatkan masa tonus, kekuatan otot, perbaikan fungsi jaringan dan pernapasan.

c. Observasi daerah yang tertekan, termasuk warna, edema, atau tanda lain gangguan sirkulasi.

R/ Daerah yang tertekan mudah sekali terjadi trauma.

d. Lakukan masage pada daerah tertekan

R/ Membantu memperlancar sirkulasi darah

Evaluasi Keperawatan

Klien dapat mempertahankan kekonter otot dan menghindari imobilisasi.

3. Gangguan komunikasi verbal / non verbtal berhubungan dengan gangguan sirkulasi, gangguan neurosmuskular, kelemahan umum.

Data pendukung

Kriteria Hasil :

a. Mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi

b. Membuat metode komunikasi, kebutuhan dapat diekspresikan.

c. Menggunakan sumber-sumber dengan cepat.

Intervensi

1. Anjurkan klien untuk mengikuti perintah sederana seperti, membuka mata menganggur, menggeleng.

2. Buat alatbantu komunikasi dan anjurkan klien untuk menunjuk abjad dialat bantu komunikasi.

3. Anjurkan klien / orang terdapat mempertahankan usahanya berkomunikasi.

R/ Mengurangi isolasi sosial pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 2 Penerbit Jakarta: EGC.

Corwn elizabeth, 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Doengoes Marlyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :EGC

Huddak dan Gallo. 1996. Perawatan Kritis. Edisi VI, volume II, Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Medika Acisculapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar